Konsep-konsep Dasar dalam Pembangunan Ekonomi
Ekonomi Pembangunan adalah cabang dari Ilmu
Ekonomi yang bertujuan untuk menganalisis masalah-masalah yang khususnya
dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk
mengatasi masalah-masalah itu, supaya negara-negara tersebut dapat membangun
ekonominya dengan lebih cepat lagi. Tujuan dari analisis ekonomi pembangunan
adalah untuk: menelaah faktor-faktor yang menimbulkan keterlambatan pembangunan
khususnya di negara-negara sedang berkembang, mengemukakan cara pendekatan yang
dapat ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, sehingga dapat
mempercepat jalannya pembangunan ekonomi khususnya di negara-negara tersebut.
Ekonomi pembangunan belum memiliki pola analisis tertentu yang dapat diterima
oleh kebanyakan ahli-ahli ekonomi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu: sangat kompleksnya masalah pembangunan, banyaknya faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembangunan dan banyaknya faktor yang terpengaruh
oleh pembangunan, ketiadaan teori-teori pembangunan yang dapat menciptakan
suatu kerangka dasar dalam memberikan gambaran mengenai proses pembangunan
ekonomi.
Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang, disertai dengan perubahan ciri-ciri penting
suatu masyarakat, yaitu perubahan dalam keadaan sistem politik, struktur
sosial, nilai-nilai masyarakat dan struktur kegiatan ekonominya. Tujuan
pembangunan ekonomi pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
menaikkan produktivitas dan menaikkan pendapatan perkapita. Beberapa manfaat
yang dapat dirasakan oleh masyarakat maupun perekonomian antara lain adalah:
output atau kekayaan suatu masyarakat atau perekonomian akan bertambah, kebahagiaan
penduduk bertambah, menambah kesempatan untuk mengadakan pilihan yang lebih
luas, memberikan manusia kesempatan yang lebih besar untuk memanfaatkan alam
sekitar, memberikan kebebasan untuk memilih kesenangan yang lebih luas,
mengurangi jurang perbedaan antara negara-negara yang sedang berkembang dengan
negara-negara yang sudah maju. Kerugian-kerugian dari pembangunan ekonomi
adalah: mendorong seseorang untuk berpikir maupun bertindak lebih mementingkan
diri sendiri, mendorong seseorang lebih bersifat materialistis, sifat hidup
gotong royong yang pada umumnya terdapat di negara-negara sedang berkembang
semakin berkurang, sifat kekeluargaan dan hubungan keluarga semakin berkurang.
:Permasalahan Dasar Pembangunan Ekonomi di Negara
Sedang Berkembang
Ada tiga permasalahan dasar/pokok yang dihadapi
oleh negara sedang berkembang. Tiga permasalahan tersebut adalah sebagai
berikut: berkembangnya ketidakmerataan pendapatan, kemiskinan, gap atau jurang
perbedaan yang semakin lebar antara negara maju dengan negara sedang
berkembang.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang, menurut Irma
Adelman & Cynthia Taft Morris adalah sebagai berikut: menurunnya pendapatan
per kapita, inflasi, ketidakmerataan pembangunan antar daerah, investasi yang
sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive),
sehingga persentase pendapatan modal dari harta tambahan lebih besar
dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja. Hal ini
mengakibatkan pengangguran bertambah, rendahnya mobilitas sosial, pelaksanaan
kebijaksanaan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga
barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis,
memburuknya nilai tukar (term of trade) negara sedang berkembang dalam
perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan
permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor negara sedang
berkembang, hancurnya industri-industri kerajinan rakyat, seperti pertukangan,
industri rumah tangga dan lain-lain. Kemiskinan ditimbulkan oleh dua hal,
yaitu: kemiskinan yang bersifat alamiah atau kultural, dan kemiskinan yang
disebabkan oleh miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada, yang
biasa disebut dengan kemiskinan struktural.
Di samping beberapa karakteristik di atas, ada
beberapa faktor lain yang merupakan penghambat bagi pembangunan ekonomi di
negara sedang berkembang antara lain adalah: dualisme ekonomi, iklim tropis,
kebudayaan yang tidak ekonomis, produktivitas rendah, jumlah kapital yang
sedikit, perdagangan luar negeri dan ketidaksempurnaan pasar.
Sifat-sifat Umum Negara Sedang Berkembang
Istilah negara yang sedang berkembang merupakan
sebutan bagi negara-negara yang belum maju atau negara yang masih terbelakang.
Dikatakan negara yang sedang berkembang (developing countries) karena negara
ini sedang berusaha keras untuk mengembangkan diri dengan melakukan pembangunan
ekonomi guna meningkatkan kemakmurannya. Negara-negara yang sedang berkembang
ini sebagian besar berada di benua Asia dan Afrika.
Dilihat dari penampilan fisik, suatu negara
termasuk kategori negara sedang berkembang apabila keadaannya miskin, tingkat
hidup penduduk masih rendah, rumah-rumah penduduk masih sederhana, di kota-kota
masih banyak pengemis, belum banyak pabrik atau industri, jalan-jalan dan
komunikasi maupun transportasi masih kurang, sebagian besar penduduk
pendidikannya masih rendah, dan usaha pertambangan dan industri besar dilakukan
oleh perusahaan asing.
Menurut M. Meier dan RE. Baldwin, yang dikutip
oleh Irawan dan Suparmoko (1974: 29-32), dikemukakan bahwa ciri-ciri umum
negara yang miskin atau negara yang sedang berkembang ada enam macam,
yakni:sebagai produsen barang-barang primer; sumber-sumber alam belum diolah;
menghadapi tekanan penduduk; penduduknya masih terbelakang; kekurangan kapital
atau modal; dan orientasi perdagangan ke luar negeri.
Menurut Todaro, 2000, ciri-ciri umum dari setiap
negara sedang berkembang dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kategori utama
sebagai berikut: standar hidup yang rendah, produktivitas yang rendah, tingkat
pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungan yang terlampau tinggi, tingkat
pengangguran penuh dan terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak,
ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor barang-barang primer,
pasar yang tidak sempurna dan informasi yang tidak memadai, dominasi,
ketergantungan, dan Kerapuhan dalam Hubungan Internasional.
Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses
Pembangunan
Terjadinya pembangunan ekonomi, struktur ekonomi
akan mengalami perubahan dari sektor pertanian ke sektor industri atau dari
sektor primer ke sekunder maupun ke tersier. Terjadinya perubahan struktur
ekonomi akan berakibat pula perubahan peranannya terhadap pendapatan nasional
maupun kesempatan kerja. Oleh sebab itu, sumbangan yang diberikan oleh
masing-masing sektor akan mengalami perubahan dengan adanya pembangunan
ekonomi.
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme perubahan
struktural dapat dipelajari dalam teori perubahan struktural. Ada dua teori
utama yang membahas tentang perubahan struktural yaitu teori yang dikemukakan
oleh Arthur Lewis dengan teori migrasinya dan teori yang dikemukakan oleh
Hollis Chenery dengan teori transformasi struktural. Teori pembangunan yang dikemukakan
oleh Arthur Lewis pada dasarnya membahas tentang proses pembangunan yang
terjadi antara daerah desa dan kota, yang mengikut sertakan proses urbanisasi
yang terjadi dari desa ke kota. Teori ini mengatakan bahwa urbanisasi terjadi
karena adanya perbedaan dalam pembangunan antara desa dan kota. Kesenjangan
antara desa dengan kota inilah yang menyebabkan banyak masyarakat desa yang
berbondong-bondong pindah ke kota. Sedangkan teori pembangunan ekonomi Hollis
Chenery dengan teorinya Pattern of Development memfokuskan terhadap perubahan
struktur dalam tahapan pembangunan ekonomi, industri dan struktur institusi
dari perekonomian yang sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari
pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagi mesin pertama pertumbuhannya.
Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan sumbangan
dari berbagai sektor terhadap produksi nasional, harus diketahui seberapa besar
sumbangan masing-masing sektor terhadap produksi nasional sebelum ada
pembangunan ekonomi, dan selanjutnya dibandingkan setelah ada pembangunan
ekonomi.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Dalam sejarah pemikiran ekonomi, ahli-ahli ekonomi yang membahas tentang proses pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi empat aliran yaitu aliran klasik, neo-klasik, Schumpeter, dan post Keynesian. Ahli ekonomi yang lahir antara abad delapan belas dan permulaan abad kedua puluh ini, lazim digolongkan sebagai aliran/kaum Klasik. Aliran/kaum klasik ini dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu: aliran Klasik dan aliran Neo-Klasik. Dari kedua golongan ahli-ahli ekonomi Klasik dan Neo-Klasik, sebagian besar menumpahkan perhatiannya pada analisis sifat-sifat kegiatan masyarakat dalam jangka pendek, hanya sedikit sekali yang menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi. Kurangnya perhatian kedua golongan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi disebabkan terutama oleh pandangan mereka yang diwarisi dari pendapat Adam Smith, yang berkeyakinan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu perekonomian berfungsi secara efisien.
Dalam sejarah pemikiran ekonomi, ahli-ahli ekonomi yang membahas tentang proses pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi empat aliran yaitu aliran klasik, neo-klasik, Schumpeter, dan post Keynesian. Ahli ekonomi yang lahir antara abad delapan belas dan permulaan abad kedua puluh ini, lazim digolongkan sebagai aliran/kaum Klasik. Aliran/kaum klasik ini dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu: aliran Klasik dan aliran Neo-Klasik. Dari kedua golongan ahli-ahli ekonomi Klasik dan Neo-Klasik, sebagian besar menumpahkan perhatiannya pada analisis sifat-sifat kegiatan masyarakat dalam jangka pendek, hanya sedikit sekali yang menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi. Kurangnya perhatian kedua golongan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi disebabkan terutama oleh pandangan mereka yang diwarisi dari pendapat Adam Smith, yang berkeyakinan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu perekonomian berfungsi secara efisien.
Menurut Schumpeter, perkembangan ekonomi bukan
merupakan proses yang harmonis ataupun gradual, melainkan merupakan perubahan
yang spontan dan terputus-putus. Selanjutnya menurut Schumpeter, perkembangan
selanjutnya itu tidak bersifat gradual, tetapi mengandung ketidaktentuan dan
risiko yang besar, sehingga tidak dapat diperhitungkan terlebih dahulu dan ini
menyebabkan timbulnya keragu-raguan dalam mengembangkan usaha lebih lanjut.
Menurut Schumpeter, faktor terpenting untuk perkembangan ekonomi adalah
wiraswasta (entrepreneur). Karena mereka adalah orang-orang yang mengambil
inisiatif untuk berkembangnya produksi nasional.
Ahli-ahli Post-Keynesian mencoba mengembangkan
teori pertumbuhan Keynes. Pada hakikatnya teori tersebut dikembangkan oleh dua
ahli ekonomi secara sendiri-sendiri, namun karena inti dari teori tersebut
adalah sama, maka sekarang dikenal sebagai teori Harrod-Domar. Teori
Harrod-Domar pada hakikatnya menganalisis mengenai persoalan-persoalan tentang:
syarat-syarat apakah atau keadaan yang bagaimanakah yang harus tercipta dalam
perekonomian untuk menjamin agar dari masa ke masa kesanggupan memproduksi yang
selalu bertambah, sebagai akibat dari penanaman modal akan selalu sepenuhnya
digunakan.
Tahap-tahap Pembangunan Ekonomi
Ada beberapa ahli yang memaparkan teori tentang
tahap-tahap pembangunan ekonomi yaitu Fredrich List, Bruno Hilderbrand, Karl
Bucher dan W.W Rostow. Fredrich List adalah seorang penganut paham Laissez
faire. Ia berpendapat bahwa paham Laissez faire dapat menjamin alokasi
sumber-sumber secara optimal, meskipun ia menghendaki adanya proteksi bagi
industri-industri yang masih lemah. Menurut List, perkembangan ekonomi hanya
akan terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi
politik dan kebebasan perseorangan. Ia menyusun tahap-tahap perkembangan
ekonomi di mulai dari: fase primitif biadab, fase pertanian, fase pertanian dan
pabrik, pabrik dan perdagangan.
Bruno Hilderbrand mengemukakan bahwa tahap-tahap
pembangunan ekonomi itu menjadi 3 tahap yaitu: perekonomian barter atau
perekonomian natural, perekonomian uang, dan perekonomian kredit.
Menurut Karl Bucher, perkembangan ekonomi melalui
tiga tingkat atau tahap yaitu: produksi untuk kebutuhan sendiri, perekonomian
kota dan perekonomian nasional, di mana peranan pedagang-pedagang tampak makin
penting. Menurut tahap ketiga ini, bahwa barang-barang itu diproduksi untuk
pasar bukan untuk kepentingan sendiri.
Tahap-tahap pembangunan ekonomi menurut Rostow
dikelompok-kan menjadi: masyarakat tradisional, prasyarat lepas landas, lepas
landas, menuju kematangan dan konsumsi berlebih.
Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi
Dalam analisis masalah ketenagakerjaan, penduduk
dibedakan menjadi 2 golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Dilihat
dari peranannya terhadap pembangunan ekonomi, penduduk memiliki dua peranan
penting yaitu dilihat dari sisi permintaan dan dilihat dari sisi penawaran.
Dilihat dari sisi permintaan, penduduk bertindak sebagai konsumen, sedangkan
dilihat dari sisi penawaran penduduk bertindak sebagai produsen.
Oleh karena itu, perkembangan penduduk yang cepat
tidaklah selalu merupakan penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi jika
penduduk ini mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan dan menyerap
hasil produksi. Ini berarti bahwa pertambahan penduduk yang tinggi harus
disertai dengan tingkat penghasilan yang tinggi pula. Pertambahan penduduk
dengan tingkat penghasilan yang rendah tidak ada artinya bagi pembangunan
ekonomi.
Bagi negara-negara maju, pertambahan penduduk
yang pesat justru menyumbang terhadap kenaikan penghasilan riil per kapita. Hal
ini disebabkan karena di negara-negara yang maju pada umumnya mempunyai
tabungan yang siap untuk melayani kebutuhan investasi, sehingga tambahan
penduduk justru akan menambah potensi masyarakat sebagai sumber permintaan yang
baru. Sebagai suatu contoh dengan bertambahnya penduduk juga akan menambah
permintaan akan kebutuhan perumahan, kendaraan, kesehatan, pendidikan,
pengangkutan dan lain sebagainya.
Bagi negara-negara sedang berkembang keadaannya
sama sekali terbalik. Perkembangan penduduk yang cepat justru akan menghambat
perkembangan ekonomi. Menurut aliran Klasik seperti Adam Smith, David Ricardo
dan Thomas Robert Malthus, berpendapat bahwa selalu akan ada perlombaan antara
tingkat perkembangan output dengan tigkat perkembangan penduduk, yang akhirnya
akan menang perkembangan penduduk.
Masalah dan Kebijakan Kependudukan dalam
Pembangunan Ekonomi
Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan di
negara-negara sedang berkembang, yaitu: adanya tingkat kelahiran yang relatif
tinggi, adanya struktur umur yang tidak favorabel, tidak meratanya distribusi
penduduk dan tidak cukupnya tenaga kerja yang terdidik dan terlatih.
Selain 4 permasalahan tentang kependudukan di
atas masih ada permasalahan lain yang berkaitan dengan masalah kependudukan
yaitu terjadinya ledakan penduduk di negara sedang berkembang. Ada tiga faktor
yang menentukan perkembangan penduduk. Ketiga faktor tersebut adalah tingkat
kelahiran, tingkat kematian, dan mobilitas.
Untuk memecahkan masalah kependudukan ada
beberapa cara. Cara utama yang dilakukan untuk menekan tingkat pertumbuhan
penduduk adalah dengan pengendalian kelahiran (birth control), yaitu dengan
program Keluarga Berencana. Selain dengan program keluarga berencana cara lain
yang bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan Sumber Daya manusia. Tenaga kerja
yang menganggur merupakan persediaan faktor produksi yang dapat dikombinasikan
dengan faktor-faktor produksi lain untuk meningkatkan output di negara-negara
sedang berkembang. Oleh karena itu, tenaga tersebut perlu dimanfaatkan. Dalam
memanfaatkan tenaga yang menganggur ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
dari segi permintaan dan penawaran. Di samping cara di atas masih ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kependudukan khususnya untuk
mengatasi masalah pengangguran. Untuk mengatasi pengangguran di Indonesia yang
kian bertambah, ada beberapa kebijakan yang bisa ditempuh. Beberapa kebijakan
tersebut adalah: 1) Membuka lapangan kerja baru, 2) Pemerintah perlu menetapkan
kebijakan pembangunan ekonomi yang mandiri dengan menggunakan sumber dana
pembangunan dalam negeri. 3) Pemerintah harus melarang para investor Indonesia
melakukan investasi ke luar negeri. Kebijakan ini sebagai upaya menangkal
pelarian modal (capital flight) dari Indonesia. 4) Sektor pertanian menjadi
sektor primadona pembangunan ekonomi. 5) Pemerintah perlu membersihkan berbagai
inefisiensi ekonomi yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy)
dan inefisiensi ekonomi.
Peranan Modal dalam Pembangunan Ekonomi
Secara umum istilah pembangunan diartikan sebagai
usaha untuk memajukan kehidupan warga masyarakat. Kemajuan di sini lebih
diartikan sebagai kemajuan di bidang material. Oleh karena itu, kata
pembangunan sering dipahami sebagai kemajuan yang dicapai sebuah masyarakat di
bidang ekonomi. Untuk mencapai kemajuan di bidang ekonomi faktor modal/kapital
merupakan salah satu faktor yang penting.
Kapital merupakan semua bentuk kekayaan yang
dapat digunakan baik langsung maupun tidak langsung dalam produksi untuk
menambah output. Dilihat dari fungsinya dalam pembangunan ekonomi, kapital
mempunyai dua fungsi pokok yaitu: sebagai alat pendorong perkembangan ekonomi,
dan sebagai sumber-sumber untuk menaikkan tenaga produksi. Kapital di
negara-negara sedang berkembang pada umumnya relatif jarang. Hal ini disebabkan
karena beberapa faktor. Namun salah satu faktor yang dominan yang menyebabkan
langkanya jumlah kapital di negara sedang berkembang adalah karena adanya
lingkaran perangkap kemiskinan (Vicious Circles).
Dalam arti uang, sumber-sumber kapital untuk
pembangunan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dapat
dikelompokkan menjadi 3 sumber yaitu: tabungan sukarela (Voluntary Saving),
pajak (Forced Saving), dan pinjaman luar negeri (Foreign Loans). Selain ketiga
sumber di atas, kapital untuk pembangunan dapat diperoleh dari: menggeser
kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor lain, menekan konsumsi,
meningkatkan ekspor, dan memindahkan faktor-faktor produksi dari penggunaan
yang kurang produktif ke penggunaan yang lebih produktif.
Dalam penggunaan kapital untuk investasi dalam
pembangunan ada beberapa macam kriteria yang dapat digunakan. Beberapa kriteria
tersebut di antaranya adalah kriteria neraca pembayaran, kriteria produktivitas
sosial marginal, kriteria intensitas faktor-faktor produksi, kriteria bagian
investasi kembali, dan kriteria operasional.
Dalam hubungannya dengan penggunaan kapital untuk
keperluan investasi ada dua teori yaitu: teori usaha perlahan-lahan dan teori
dorongan besar. Teori usaha perlahan-lahan berpendapat bahwa suatu usaha
sebaiknya tidak dilaksanakan secara besar-besaran. Sedangkan teori dorongan
besar berpendapat bahwa suatu usaha harus dilaksanakan secara besar-besaran,
karena kalau suatu usaha untuk menaikkan pendapatan hanya dilakukan secara
kecil-kecilan atau dengan menggunakan kapital yang sedikit keuntungan yang
diperoleh relatif kecil, hal ini justru hanya akan mendorong pertumbuhan
penduduk. Kedua teori ini mengilhami dua model pembangunan yaitu pembangunan
seimbang dan pembangunan tidak seimbang.
Perdagangan internasional adalah segala kegiatan
yang berkaitan dengan transaksi jual beli barang dan jasa antara satu negara
dengan negara yang lainnya dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Penyebab
timbulnya perdagangan internasional adalah perbedaan barang yang diproduksi,
perbedaan kepemilikan faktor produksi, kelebihan dan kekurangan hasil produksi,
perbedaan harga hasil produksi, dan perbedaan selera. Perdagangan internasional
berbeda dengan perdagangan dalam negeri karena:
1. Perdagangan internasional membutuhkan jenis
mata uang yang berbeda-beda.
2. Tata cara transaksi jual beli dalam perdagangan internasional memakan waktu lama.
3. Cara pembayaran dalam perdagangan internasional relatif rumit dan berisiko tinggi.
4. Perbedaan kebijakan yang diterapkan dalam pelaksanaan perdagangan internasional.
2. Tata cara transaksi jual beli dalam perdagangan internasional memakan waktu lama.
3. Cara pembayaran dalam perdagangan internasional relatif rumit dan berisiko tinggi.
4. Perbedaan kebijakan yang diterapkan dalam pelaksanaan perdagangan internasional.
Sumber perolehan devisa negara adalah: ekspor
barang, ekspor jasa, pariwisata, investasi ke luar negeri, pinjaman luar
negeri, hadiah, hibah atau grant. Tujuan penggunaan devisa adalah untuk:
mengimpor barang dari luar negeri, baik barang modal ataupun barang konsumsi,
mengimpor jasa dari luar negeri, membayar keuntungan atau dividen terhadap
penanaman modal asing, membayar cicilan utang dan bunga pinjaman luar negeri,
membiayai kegiatan warga negaranya di luar negeri, misalnya kegiatan kedutaan,
konsulat, dan atase di luar negeri, biaya studi pelajar atau mahasiswa di luar
negeri, kunjungan pejabat ke luar negeri dan lain sebagainya. Bentuk kerja sama
ekonomi antarnegara:
1. Kerja sama Bilateral.
2. Kerja sama Multilateral.
a. Kerja sama Regional;
b. Kerja sama Internasional.
3. Kerja sama ekonomi internasional.
2. Kerja sama Multilateral.
a. Kerja sama Regional;
b. Kerja sama Internasional.
3. Kerja sama ekonomi internasional.
Tujuan kerja sama ekonomi antarnegara: memajukan
perdagangan dunia, mempercepat pembangunan ekonomi dunia, meningkatkan kualitas
hidup bangsa-bangsa di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar