1.
HUKUM NUN MATI
Ø Izh-har
Halqi, yaitu pembacaan nun mati atau tanwin yang sesuai makhroj-nya (tidak
di-ghunnah-kan) apabila bertemu dengan salah satu huruf izhhar.
Huruf-huruf izhhar adalah : ء ـ ة ـ ع ـ ح ـ غ ـ خ
Contoh-contoh izhhar:
مِنْ
هَادٍِ
ـ مِنْ
عِلْمٍِ
ـ عَيْنٍِ
ءانِيَةٍِ
ـ فَرِيْقًَا
هَدَى
ـ يَنْهَوْنَ
ـ أَنْعَمْتَ
Ø Idgham,
yaitu pengucapan nun mati atau tanwin secara lebur ketika bertemu huruf-huruf
idgham, atau pengucapan dua huruf seperti dua huruf yang di-tasydid-kan.
Ketentuan ini berlaku ketika pertemuan nun mati dengan huruf idgham dalam dua
kata yang terpisah. Idgham dibagi dua yaitu:
Ø Idgham
bil ghunnah atau ma’al ghunnah (yang harus digunakan)
Ø Idgham
bila ghunnah (yang tidak boleh digunakan)
Huruf-huruf idgham bil ghunnah : ي ـ ن ـ م ـ و
Huruf-huruf idgham bila ghunnah : ل ـ ر
Contoh-contoh idgham :
أَنْ
يَضْرِبَ
ـ خَيْرًا
يَرَاهُ
ـ مَالاًَ
لُّبَدًا
ـ أن
لَّمْ
Dikecualikan empat kata yang tidak
boleh dibaca sesuai dengan kaidah ini, karena
pertemuan nun mati dengan huruf idgham dalam satu kata. Cara membacanya harus jelas dan disebut
izhhar muthlaq, yaitu:
الدُّنْيَا
ـ بُنْيَانْ
ـ قِنْوَانْ
ـ صِنْوَانْ
Ø Iqlab,
yaitu pengucapan nun mati atau tanwin yang bertemu dengan huruf ba’ yang
berubah menjadi mim dan disertai dengan ghunnah.
Contoh-contoh iqlab: أَن
بُوْرِكَ
ـ يَنْبُوْعً
ـ سَمِيْعٌ
بَصِيْرٌ
Ø Ikhfa’
Haqiqi, yaitu pengucapan nun mati atau tanwin ketika bertemu dengan huruf-huruf
ikhfa’ memiliki sifat antara izhhar dan idgham dengan disertai ghunnah.
Huruf-huruf ikhfa’ berjumlah 15, yaitu:
ص
ـ ذ ـ ث ـ ك ـ ج ـ ش ـ ق ـ س ـ د ـ ط ـ ز ـ ف ـ ت ـ ض ـ ظ
Contoh ikhfa’ haqiqi: مِنْ
صِيَامٍِ
ـ فَانْصُرْنَا
ـ مَاءًَ
ثَجَّاجًا
ـ قَوْلاًَ
سَدِيْدًا
2. HUKUM MIM MATI
- Ikhfa’ Syafawi,
yaitu apabila mim mati bertemu dengan ba’. Cara pengucapannya mim tampak samar
(bibir tanpa ditekan kuat) disertai dengan ghunnah. Contoh: تَرْمِيْهِمْ
بِحِجَارَةٍِ
- Idgham Mitslain,
atau idgham mimi yaitu apabila mim mati bertemu dengan mim. Cara pengucapannya
harus disertai dengan ghunnah.
Contoh: إنَّهَا
عَلَيْهِمْ
مُّؤْصَدَةٌ
- Izh-har Syafawi,
yaitu apabila mim mati bertemu dengan selain huruf mim dan ba’. Cara
pengucapannya adalah mim harus dibaca jelas, harus tampak jelas tanpa ghunnah,
terutama ketika bertemu dengan fa’ dan waw. Sedikitpun mim tidak boleh
terpengaruh makhroj fa’ dan waw walaupun makhrojnya berdekatan/sama. Contoh: أَلَمْ
تَرَ
كَيْفَ
ـ هُمْ
فِيْهَا
خَالِدُوْنَ
3.
HUKUM MIM DAN NUN BERTASYDID
Setiap mim dan nun
yang bertasydid wajib dighunnahkan. Ketika membaca mim yang bertasydid cara
membacanya bibir harus merapat dengan sempurna, dan ketika membaca nun yang
bertasydid ujung lidah harus menempel pada makhroj nun dengan sempurna/kuat.
Contoh:
عَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ
ـ فَأُمُّهُ
هَاوِيَةًَ
ـ يَـأَيُّهَاالْمُزَّمِّلْ
4.
HUKUM LAM TA’RIF (ALIF LAM)
Berdasarkan cara
pembacaannya ini, alif lam dibagi menjadi dua macam :
- Alif Lam
Qamariyah, yakni alif lam harus dibaca jelas ketika menghadapi huruf-huruf
berikut: ء
ـ ب ـ غ ـ ح ـ ج ـ ك ـ و ـ خ ـ ف ـ ع ـ ق ـ ي ـ م ـ ه
Contoh : الْخَالِقُ
ـ الْعِلْمُ
ـ الْقَادِرُ
ـ الْمَرْجَانْ
ـ الْجَنَّةُ
- Alif Lam
Syamsiyah, yakni alif lam harus dibaca idgham (masuk ke dalam huruf berikutnya)
apabila bertemu dengan huruf-huruf berikut:
ط ـ ث ـ ص ـ ر ـ ت ـ ض ـ ذ ـ ن ـ د ـ س ـ ظ ـ ز ـ ش ـ ل
Contoh: النُّوْرُ
ـ الدِّيْنُ
ـ الصَّلاَةُ
ـ اللَّيْلُ
5.
HUKUM MAD
Mad adalah
memanjangkan lama suara ketika mengucapkan huruf mad. Huruf mad ada tiga yaitu
:
- و (waw
sukun) yang huruf sebelumnya berharokat dhommah.
- ي (ya’
sukun) yang huruf sebelumnya berharokat kasrah.
- ا (alif)
yang huruf sebelumnya berharakat fat-hah. Contoh: نُوحِيـهَـا
Mad secara umum
terbagi menjadi dua, yaitu Mad Ashli dan Mad Far’i.
I. Adapun
pembagian mad Ashli adalah sebagai berikut:
a. Mad Thabi’i,
yaitu mad yang tidak terpengaruhi oleh sebab hamzah atau sukun, tetapi
didalamnya ada salah satu huruf mad yang tiga; alif, ya’, waw. Contoh: إِيَّاكَ
– يَدْخُلُوْنَ
– فِيْ
جِيْدِهَا
b. Mad Badal,
yaitu apabila terdapat hamzah bertemu dengan mad. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: أُوْتِيَ
– ءَادَمَ
– إِيْمَانٌُ
– اِيْتُوْنِيْ
c. Mad ‘Iwadh,
yaitu berhenti pada huruf yang bertanwin fat-hah. Panjangnya 2 harakat.
Catatan:
Huruf Hamzah yang bertanwin
fat-hah terkadang disudahi dengan alif, atau terkadang didahului alif, cara
membaca tetap sama 2 harakat. Dan pengecualian berhenti pada Ta’ Marbuthah yang
bertanwin fat-hah cara membacanya ta’ harus mati dan berubah menjadi Ha’.
Contoh: عَلِيْمًا
حَكِيْمًا
– غَفُوْرًا
رَحِيْمًا
– لَيْسُوْا
سَوَاءًَ
– جُزْءًَا
d. Mad Tamkin,
yaitu apabila terdapat ya’ bertasydid bertemu dengan ya’ sukun. Panjangnya 2
harakat.
Contoh: وَإِذَا
حُيِّيْتُمْ
– فِيْ
الأُمِّيِّيْنَ
e. Mad Shilah
Qashirah, yaitu apabila terdapat ha’ dhamir (bunyi hu atau hi) bertemu dengan
selain
hamzah. Panjangnya
2 harakat.
Contoh: وَامْرَأَتُهُ
حَمَّالَةَ
الْحَطَبِ
– لاَ
تَأْخُذُهُ
سِنَةٌ
وَلاَ
نَوْمٌ
Keterangan:
- Ha’ dhamir tidak
dibaca panjang 2 harakat apabila salah satu huruf sesudah atau sebelumnya mati.
Kecuali ayat 69 didalam surah Al-Furqan, yaitu:
وَيَخْلُدْ فِيهِ
مُهَاناً
maka ha’ dibaca panjang 2 harakat walaupun sebelumnya didahului huruf mati. Mad
ini disebut Mad Al-Mubalaghah.
- Selain ha’
dhamir tidak dibaca panjang.
Contoh: لَمْ
يَنْتَهِ
لَنَسْفعا
II. Adapun
pembagian mad Far’i adalah sebagai berikut:
- Mad Far’i yang
bertemu dengan hamzah ada 3 macam:
a. Mad Wajib
Muttashil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat.
Panjangnya 4 harakat ketika washal, sedangkan dalam keadaan waqaf boleh dibaca
4, 5 atau 6 harakat.
Contoh: إِذَا
جَاءَ
نَصْرُ
اﷲ
– مَنْ
يَعْمَلْ
سُوءاًَ…
b. Mad Ja’iz
Munfashil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang
terpisah. Panjangnya 4 atau 5 harakat.
Contoh: اﷲ
وَمَا
أُمِرُوا
إِلاَّ
لِيَعْبُدُوا
– فِي
أَحْسَنِ
تَقْوِيْمٍِ
c. Mad Shilah
Thawilah, yaitu apabila terdapat ha’ dhamir bertemu dengan hamzah dalam kalimat
yang terpisah. Panjangnya 4 atau 5 harakat.
Contoh: أَنَّ
مَالَهُ
أَخْلَدَهُ
– يَشْفَعُ
عِنْدَهُ
إِلاَّ
بِإِذْنِهِ
- Mad Far’i yang
bertemu dengan Sukun atau Tasydid ada 5 macam:
a. Mad Farqi,
yaitu mad badal sesudahnya berupa huruf yang bertasydid. Panjang 6 harakat. Mad
ini hanya terjadi pada 2 kalimat dan terdapat di dalam tiga surat, yakni surat
Al-An’am : 143-144, Yunus : 59 dan An-Naml : 59.
Lafazhnya: قُلْ
ء الذَّكَرَيْنِ
– ء اﷲ
خَيْرٌ
b. Mad Lazim
Kilmiy Mutsaqqal, yaitu apabila huruf atau bacaan mad sesudahnya berupa huruf
yang bertasydid. Panjangnya 6 harakat.
Contoh: مِنْ
دَابَّةٍ
– حَـاجَّ
– تَحَـاضُّوْنَ
c. Mad Lazim
Kilmiy Mukhoffaf, yaitu mad badal sesudahnya terdapat huruf sukun. Panjangnya 6
harakat, dan mad ini hanya terdapat pada surat Yunus: 51 dan 91. Contoh: ءالـٰنَ
وَقَدْ
كُنتُم
بِهِ
تَسْتَعْجِلُونَ
d. Mad Lazim
Harfiy Mutsaqqal, yaitu mad yang terjadi pada huruf Muqaththa’ah yang terdapat
di sebagian beberapa awal surat. Cara membaca huruf tersebut sesuai dengan nama
hurufnya, dibaca panjang 6 harakat dan diidghamkan. Contoh: الـم
= أَلِفْ
لاَمْ
مِيْم
– طسم
= طاَ
سِيْن
مِيْم
e. Mad Lazim
Harfiy Mukhaffaf, yaitu mad yang terjadi pada huruf Muqaththa’ah yang terdapat
disebagian beberapa awal surat. Cara membaca huruf tersebut sesuai dengan nama
hurufnya, dibaca panjang 6 harakat, tetapi tanpa diidghamkan. Contoh: ق = قَافْ
– عسق
= عَيْنْ
سِيْنْ
قَافْ
- Mad Far’i karena
waqaf, ada 2 macam:
a. Mad ‘Aridh
Lissukun, yaitu apabila mad thabi’i jatuh sebelum huruf yang diwaqafkan.
Panjangnya boleh 2, 4 atau 6 harakat.
Contoh: إِنْ
كُنْتُمْ
مُؤْمِنِيْنَ
– الْحَمْدُ
للّهِ
رَبِّ
الْعَالَمِينَ
b. Mad Liin, yaitu
apabila berhenti pada suatu huruf sebelumnya berupa waw sukun atau ya’ sukun
yang didahului oleh huruf berharakat fat-hah. Panjangnya boleh 2, 4 atau 6
harakat.
Contoh: خَوْف
– الصَّيْف
– البَيْت
– عَلَيْهِ
– مَثَلُ
السَّوْءِ
6.
AT-TAFKHIM DAN AT-TARQIQ
Tafkhim berarti
menebalkan suara huruf, sedangkan Tarqiq adalah menipiskannya. Tafkhim dan
Tarqiq terdapat pada 3 hal :
a. Lafazh Jalalah,
yaitu lafazh Allah. Al Jalalah maknanya adalah kebesaran atau keagungan. Cara
membacanya ada dua macam, yaitu tafkhim dan tarqiq.
Lafazh Jalalah
dibaca tafkhim apabila keadaannya sebagai berikut:
- Berada di awal
susunan kalimat atau disebut Mubtada’ (Istilah tata bahasa Arab). Contoh: اللّهُ
لاَ
إِلَـهَ
إِلاَّ
هُوَ
الْحَيُّ
الْقَيُّومُ
- Apabila Lafazh
Jalalah berada setelah huruf berharakat fat-hah.
Contoh: قُلْ
هُوَ
اللَّهُ
أَحَدٌ
- Apabila Lafazh
Jalalah berada setelah huruf berharakat dhammah.
Contoh: نَارُ
اللَّهِ
الْمُوقَدَةُ
Sedangkan dibaca
Tarqiq apabila sebelum lafazh Jalalah huruf berharakat kasroh. Contoh: بِسْمِ
اللهِ
الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ
b. Huruf-huruf
Isti’la ( خ
– ص – ض – غ – ط – ق – ظ )
Semua huruf
isti’la harus dibaca tafkhim, dengan dua tingkatan. Pertama, tingkatan tafkhim
yang kuat, yakni ketika sedang berharakat fat-hah atau dhammah. Kedua, adalah
tingkatan tafkhim yang lebih ringan, yakni ketika berharakat kasrah atau ketika
sukun dengan huruf sebelumnya berharakat kasrah. Juga harus dibaca tafkhim
apabila nun mati atau tanwin (hukum ikhfa’ haqiqi) bertemu dengan huruf
isti’la, kecuali apabila bertemu dengan huruf ghain dan kha’. Sebaliknya,
seluruh huruf istifal (huruf-huruf selain huruf isti’la) harus dibaca tarqiq,
kecuali ra’ dan lam pada lafazh jalalah.
c. Huruf Ra’,
dibacanya tafkhim apabila:
- Ketika berharakat
fat-hah.
- Ketika
berharakat dhammah.
- Ra’ sukun
sebelumnya berharakat fat-hah.
- Ra’ sukun
sebelumnya huruf berharakat dhammah.
- Ra’ sukun karena
waqaf sebelumnya huruf berharakat fat-hah.
- Ra’ sukun karena
waqaf sebelumnya huruf berharakat dhamaah.
- Ra’ sukun karena
waqaf sebelumnya alif.
- Ra’ sukun karena
waqaf sebelumnya waw.
- Ra’ sukun karena
waqaf sebelumnya huruf yang mati, dan didahului huruf
fat-hah atau
dhammah.
- Ra’ sukun
sebelumnya hamzah washal.
- Ra’ sukun
sebelumnya huruf berharakat kasrah dan sesudahnya huruf isti’la
tidak berharakat
kasrah serta berada dalam satu kalimat.
Sedangkan huruf
Ra’ dibaca tarqiq apabila keadaannya sebagai berikut:
- Ra’ berharakat
kasrah.
- Ra’ sukun
sebelumnya berharakat kasrah dan sesudahnya bukan huruf isti’-
la, atau bertemu
huruf isti’la namun dalam kata yang terpisah.
- Ra’ sukun karena
waqaf sebelumnya huruf kasrah atau ya’ sukun.
- Ra’ sukun karena
waqaf sebelumnya bukan huruf isti’la dan sebelumnya di
dahului oleh
kasrah.
Kemudian Ra’ yang
boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:
- Ra’ sukun
sebelum berharakat kasrah dan sesudahnya huruf isti’la berhara-
kat kasrah.
- Ra’ sukun karena
waqaf, sebelumnya huruf isti’la sukun yang diawali de-
ngan huruf
berharakat kasrah.
- Ra’ sukun karena
waqaf dan setelahnya terdapat ya’ terbuang.
7.
IDGHAM
Idgham artinya
memasukkan atau melebur huruf. Idgham dibagi 3 yaitu:
a. Idgham
Mutamatsilain, yaitu apabila berhadapannya dua huruf yang sama makhraj dan
sifatnya.
Contoh: اضْرِب
بِّعَصَاكَ
الْحَجَر
– وَقَد
دَّخَلُوْا
– يُدْرِكـكُّمُ
الْمَوْتُ
b. Idgham
Mutajanisain, yaitu apabila berhadapannya dua huruf yang sama makhrajnya, namun
sifatnya berlainan. Yaitu pada makhraj huruf:
(ط-د-ت) – (ظ-ذ-ث) – (م-ب)
Contoh: قَـد
تَّبَيَّـنَ
dibaca langsung masuk ke huruf ta’
ارْكَب مَّعَنَـا
dibaca langsung masuk ke huruf mim
c. Idgham
Mutaqaribain, yaitu apabila berhadapannya dua huruf yang ham-pir sama makhraj
dan sifatnya. Yaitu pada huruf ق
– ك dan ل – ر .
Contoh: أَلَمْ
نَخْلُقـّكُمْ
dibaca tanpa meng-qalqalah-kan qaf
وَقُل رَّبِّ
dibaca tanpa menampakkan lam
8. TANDA-TANDA WAQAF
(BERHENTI)
- م yaitu
tanda waqaf yang menunjukkan penekanan untuk berhenti.
- لا
yaitu tanda waqaf yang menunjukkan dilarang berhenti secara total (tidak
melanjutkan membaca lagi), jika sekedar mengambil nafas dibolehkan.
- صلى
yaitu tanda waqaf boleh berhenti, namun washal lebih utama.
- ج yaitu
tanda waqaf yang menunjukkan waqaf atau washal sama saja.
- قلى
yaitu tanda waqaf yang menunjukkan lebih baik berhenti.
- yaitu tanda
waqaf agar berhenti pada salah satu kata.
9.
ISTILAH-ISTILAH DALAM AL-QUR’AN
a. Sajdah. Pada
ayat-ayat sajdah disunahkan melakukan sujud tilawah. Sujud ini dilakukan di
dalam atau diluar shalat, disunahkan pula bagi yang membaca dan yang
mendengarkannya. Hanya saja ketika didalam shalat, sujud atau tidaknya
tergantung pada imam. Jika imam sujud, makmum harus mengikuti, dan begitu pula
sebaliknya. Ayat Sajdah terdapat dalam surat: 7:206, 13:15, 16:50, 17:109,
19:58, 22:18, 22:77, 25:60, 27:26, 32:15, 38:24, 41:37, 53:62, 84:21, 96:19.
b. Saktah ( س ) yaitu
berhenti sejenak tanpa bernafas. Ada didalam surat: 18:1-2, 36:52, 75:27,
83:14. Contoh: كَلاَّ
بَلْ
رَانَ
c. Isymam, yaitu
menampakkan dhammah yang terbuang dengan isyarat bibir. Isymam hanya ada di
surat Yusuf ayat 11, pada lafazh لاَ تَأْمَنَّا
d. Imalah, artinya
pembacaan fat-hah yang miring ke kasrah. Imalah ada di dalam surat Hud ayat 41,
pada lafazh بِسْمِ
اللهِ
مَجْرَهَا
dibaca “MAJREHA”.
e. Tas-hil,
artinya membaca hamzah yang kedua dengan suara yang ringan atau samar. Tas-hil
dibaca dengan suara antara hamzah dan alif. Terdapat di dalam surat Fushshilat
ayat 44, pada lafazh أَأَعْجَمْيٌّ
hamzah yang kedua terdengar seperti ha’.
f. Nun Al-Wiqayah,
yaitu nun yang harus dibaca kasrah ketika tanwin bertemu hamzah washal, agar
tanwin tetap terjaga.
Contoh: نُوْحٌ
ابْنَهُ
– جَمِيْعًا
الَّذِيْ
g. Ash-Shifrul
Mustadir, yaitu berupa tanda (O) di atas huruf mad yang menunjukkan bahwa mad
tersebut tidak dibaca panjang, baik ketika washal maupun waqaf (bentuknya
bulatan sempurna, dan biasanya terdapat di mushaf-mushaf timur tengah).
Contoh: لَمْ
يَكُنِ
الَّذِينَ
كَفَرُواْ
h. Ash-Shifrul
Mustathilul Qa’im, yaitu berupa bulatan lonjong tegak (0) biasanya diletakkan
di atas mad. Mad tersebut tidak dibaca panjang ketika washal, namun dibaca
panjang ketika waqaf.
Contoh: أَنَاْ
خَيرٌ
– لَكِنَّاْ
i. Naql, yaitu
memindahkan harakat hamzah pada huruf sebelumnya.
Contoh: ﺑﺌﺲَ
الاِسْمُ
dibaca ﺑﺌﺴَلِسْمُ
(Diringkas
seperlunya dari buku “Pedoman Daurah Al-Qur’an – Kajian Ilmu Tajwid” oleh Abdul
Aziz Abdur Rauf. Al-Hafizh, Lc. Dan buku “Ilmu Tajwid Plus” oleh Moh. Wahyudi.)
Abu Fahd Negara
Tauhid
Alhmadulillah,, bermanfaat sekali artikelnya,,
BalasHapusboleh aku copas ya mas,,,
monggo,,, smga bermnfaat, aamiin
Hapus