Dalam beberapa kurun terakhir, wanita
Muslimah dihadapkan pada era jahiliyah modern, yang sulit untuk dihindari.
Ekses dari masa yang disebut jahiliyah modern ini muncullah banyak wanita karir
yang kebablasan dalam segala levelnya. Jumlah mereka kian hari kian bertambah.
Boleh dibilang nyaris tidak ada jenis profesi yang belum dirambah kaum hawa.
Walhasil, eksistensi sebagai ratu rumah
tangga yang membawa kedamaian dalam lingkupnya, berangsur-angsur memudar.
Begitupun tugas sebagai ibu dari anak-anaknya mulai terabaikan. Yang terjadi
justru sebaliknya, bahwa setiap saat, dengan mudahnya kita dapati wanita-wanita
jahiliyah yang liar, dengan segala perilakunya yang jauh dari norma dan
fitrahnya sebagai wanita. Beberepa waktu lalu, bahkan kita dikejutkan dengan
munculnya “geng wanita” dengan perilakunya yang sadis.
Anehnya, semua itu dianggap sebagai emansipasi.
Ini semua adalah kebutuhan manusia diera kini, katanya. Padahal sejatinya, apa
yang mereka lakukan justru memperburuk citra dan fitrah sebagai wanita. Sebuah
bentuk emansipasi yang salah kaprah. Mereka mengharap segenggam berlian dengan
memasuki wilayah-wilayah kaum pria. Namun yang didapati, biduk keluarga yang
berantakan, anak-anak terlantar, dan perceraian yang meningkat.
Masyarakat jahiliyah abad kini telah
sedemikian jauh merobek hak dan martabat kaum hawa. Inilah yang membuat mereka
terpuruk dalam lembah kenistaan. Banyak kaum Muslimah yang kabur perihal garis
batas kewajiban mana yang harus dikerjakan, dan kewajiban mana yang harus
ditinggalkan.
Anehnya, kaum Muslimah juga terseret
dalam arus utama masyarakat jahiliyah ini. Akibatnya, nilai-nilai agung yang
dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) 1400 tahun yang lalu pun
disisihkan. Padahal bila mereka tetap pada posisinya, kemuliaan akan senantiasa
Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) limpahkan kepada mereka.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah yang
menghormati wanita-wanita kecuali orang-orang mulia. Dan tidaklah yang
menghinakan wanita kecuali orang yang hina pula.” (Riwayat Ibnu Asakir).
“Wanita itu tiang Negara, bila dia (wanita) baik, maka baiklah negara itu. Tetapi bila wanita itu rusak maka rusaklah negara itu.”(ahli hikmah).
“Wanita itu tiang Negara, bila dia (wanita) baik, maka baiklah negara itu. Tetapi bila wanita itu rusak maka rusaklah negara itu.”(ahli hikmah).
Mestinya wanita bangga dengan sanjungan
serta pujian tersebut. Bahkan hendaknya bersyukur karena Islam dengan segala
keagungan syariatnya telah menjunjung tinggi martabat wanita.
Seorang wanita akan memiliki kekuatan
sebagai benteng (pilar) sebuah bangsa apabila kepribadiannya telah terbebas
dari segala bentuk kejahiliyahan. Dengan kata lain, bangsa tersebut akan
berkembang dengan baik, kalau penyelenggara negara itu sendiri gigih
memperjuangkan kaum wanitanya agar bersih dari sikap kejahiliyahan.
Rasulullah SAW bersabda: “Setelah
kepergianku tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki
melebihi wanita.”(Riwayat Mutafaqun’alaihi).
Juga dalam sabda yang lain, Raulullah
SAW berpesan: “Takutlah kalian dengan fitnah dunia dan fitnah wanita.
Sesunguhnya permulaan fitnah terthadap Bani Israil terjadi dari arah
wanita.”(Riwayat Muslim).
Sumber Fitnah?
Kita kaum wanita pun bertanya, benarkah
wanita merupakan sumber fitnah bagi kamu pria? Tidakkah mengada-ada bila wanita
dikatakan sebagai perangkap setan untuk menjerumuskan lawan jenisnya ke lembah
kemaksiatan?
Tak perlu ditutup-tutupi, bahwa dengan
segala keindahan dan kelemahan yang kita miliki —yang sekaligus sesungguhnya
merupakan kekuatan wanita– setan memperalat kita untuk mempengaruhi kaum pria,
dengan segala cara.
Dalam sejarah umat manusia hal tersebut
dapat dibuktikan. Tatkala setan gagal menggoda Adam alaihissalam (AS) secara
langsung, Hawa memakan buah Khuldi (nama ini sebenarnya tidak tepat, sebab nama
Khuldi adalah nama yang diberikan oleh setan untuk memperdaya Adam) yang
terlarang itu. Maka terjadilah maksiat dan pelanggaran terhadap Allah SWT.
Sampai detik ini, terhadap diri kita, di lingkungan masyarakakat tempat kita
berkiprah, setan masih menggunakan trik-trik tersebut.
Pun, mengapa setan memilih wanita untuk
menggelincirkan manusia? Karena wanita adalah sosok makhluk yang sangat unik,
dan menarik. Sosok yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas dari berbagai
segi. Seniman mempunyai gambaran tentang wanita bahwa wanita sarat dengan
berbagai keindahan dan sumber inspirasi yang tak pernah kering, katanya.
Bagi kaum profan-materialis, wanita
adalah mesin produksi uang yang paling menguntungkan. Hampir di semua sisi
wanita bisa dieksploitasi untuk menghasilkan pundi-pundi uang.
Di sinilah tragedi yang menimpa wanita.
Maksud hati menaklukkan dunia, namun yang terjadi adalah para wanita sejatinya
dijadikan objek dengan segala bentuknya. Mereka diperalat dengan sedikit
iming-iming kesenangan. Walhasil, ruang istana yang disangka, tetapi kubangan
duka yang diperolehnya.
Jika demikian halnya, mengapa kita tidak memilih apa yang telah dipilihkan oleh Allah SWT untuk kita? Menjadi wanita istimewa (shalihah) yang menjadi cahayanya zaman?
Jika demikian halnya, mengapa kita tidak memilih apa yang telah dipilihkan oleh Allah SWT untuk kita? Menjadi wanita istimewa (shalihah) yang menjadi cahayanya zaman?
Ciri-ciri Wanita Shalihah
Lantas apa ciri-ciri wanita shalihah itu?
Pertama, ia wanita yang paling taat kepada Allah SWT. Ketaatannya melebihi kepada apapun yang mesti ditaati.
Lantas apa ciri-ciri wanita shalihah itu?
Pertama, ia wanita yang paling taat kepada Allah SWT. Ketaatannya melebihi kepada apapun yang mesti ditaati.
Kedua, ia senantiasa menyerahkan segala
urusan hidupnya kepada hukum dan syariat Allah SWT.
Ketiga, ia senantiasa menjadikan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber hukum dalam mengatur seluruh aspek kehidupannya.
Ketiga, ia senantiasa menjadikan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber hukum dalam mengatur seluruh aspek kehidupannya.
Keempat, ibadahnya baik dan memiliki
akhlak serta budi perketi yang mulia.
Kelima, tidak hobi berdusta, bergunjing dan riya’.
Kelima, tidak hobi berdusta, bergunjing dan riya’.
Keenam, berbuat baik dan berbakti kepada
orangtuanya. Ia senantiasa mendoakan orangtuanya, menghormati mereka, menjaga
dan melindungi keduanya.
Ketujuh, taat kepada suaminya. Menjaga
harta suaminya dan mendidik anak-anaknya dengan kehidupan yang islami.
Kedelapan, jika dilihat menyenangkan, bila dipandang menyejukkan, dan menentramkan bila berada di dekatnya. Hati akan tenang bila meninggalkanya ketika pergi.
Kedelapan, jika dilihat menyenangkan, bila dipandang menyejukkan, dan menentramkan bila berada di dekatnya. Hati akan tenang bila meninggalkanya ketika pergi.
Kesembilan, melayani suaminya dengan
baik, berhias hanya untuk suaminya, pandai membangkitkan dan memotifasi
suaminya untuk berjuang membela agama Allah SWT.
Kesepuluh, ia tidak gemar bermewah-mewah
dengan dunia, tawadhu dan bersikap sederhana.
Kesebelas, memiliki kesabaran luar biasa atas janji-janji Allah SWT. Ia tidak berhenti belajar untuk bekal hidupnya.
Kesebelas, memiliki kesabaran luar biasa atas janji-janji Allah SWT. Ia tidak berhenti belajar untuk bekal hidupnya.
Itulah sekelumit catatan mengenai
karakteristik wanita shalihah. Semoga kita dapat meneladaninya, sehingga
jannah-lah tempat tinggal kita kelak di akhirat. Alllahumma amin. SUARA
HIDAYATULLAH DESEMBER 2008 *Nur Aminah, aktivis Muslimah Pondok Pesantren
As-Syifa Ciamis, Jawa Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar