Bila
kita berbicara masalah cinta, tidak akan habis waktu untuk membahasnya.
Sayangnya bahasan cinta tidak jauh seputar masalah antar makhluk. Padahal
bahasan cinta itu begitu luas, segala hubungan baik sesama makhluk maupun
dengan sang pencipta dan juga segala kegiatan yang kita lakukan.
Cinta
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Fenomena yang terjadi
sehari-hari mengungkapkan bahwa cinta dapat menjadi motivator aktivitas yang
kita jalankan. Namun perlu juga kita sadari bahwa cinta dapat juga merusak
aktivitas kita.
Oleh
karena itu disadari atau tidak, cinta mempengaruhi kehidupan seseorang, baik
cinta kepada Allah maupun bukan kepada Allah. Cinta bukan kepada Allah sering
membawa kepada cinta buta yang tak terkendali sedangkan cinta kepada Allah akan
membawa kepada ketenangan dan kedamaian. Cinta kepada makhluk membawa
ketidakpastian, penasaran dan kesenangan semu. Cinta kepada Allah akan membawa
keyakinan dan keabadian.
Cinta
yang bukan karena Allah biasanya didasari oleh syahwat dan cinta kepada Allah
didasari oleh iman. Syahwat akan mengendalikan diri kita dan bahkan bila kita
memperturutkan syahwat dapat membahayakan kita. Oleh karena itu kita perlu
mengetahui bagaimana mengelola cinta agar bahagia dunia dan akhirat.
Cinta
erat kaitannya dengan amal/aktivitas. Amal tanpa cinta akan merusak amal yang
dikerjakan, karena hanya akan menghasilkan rutinitas dan penghayatan yang semu.
Namun sebaliknya apabila amal berdasarkan cinta akan menghasilkan amal saleh
yang dihayati dengan mendalam. Ibadah kepada Allah perlu didasari kecintaan.
Dengan adanya cinta kepada Allah maka kita akan rela dan ikhlas melaksanakan
semua perintahnya bahkan rela berkorban jiwa dan harta.
Pembagian Cinta
1. Sesuai syariat
Cinta
seorang mu’min lahir dari ketulusan imannya kepada Allah SWT. Cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya mesti diiringi nilai Islam yang benar. Kesalahan dalam
mencintai Rasul akan membawa kepada taqlid yang membabi buta dan menimbulkan
figuritas yang berlebihan bahkan cenderung menjadi tuhan baru.
Cinta
berdasarkan syariat akan kekal, tidak saja terjadi di dunia tetapi akan
berlanjut sampai di akhirat. Kasih sayang sebagai wujud dari cinta akan
menghaluskan akhlaq dan melembutkan jiwa. Cinta yang sesuai syariah akan
mengarahkan manusia untuk menyayangi yang lemah dan melindungi yang tua,
mengajak kepada kebaikan dan menguatkan iman.
2. Tidak sesuai syariat
Cinta
yang tidak sesuai dengan syariat berdasarkan atas keinginan syahwat. Cinta
tanpa iman hanya memenuhi tuntutan syahwat semata (hawa nafsu). Cinta seperti
ini tidak kekal dan biasanya bersifat materi. Cinta seperti ini hanya akan
menyengsarakan manusia karena akan menggelincirkan manusia pada kehinaan dan
penyesalan.
Namun satu hal perlu yang kita perhatikan adalah
kecintaan pada syahwat (QS. Ali Imran (3) : 14) seperti wanita, anak, harta
benda, binatang, ladang dan lain-lain dibenarkan keberadaannya oleh Allah
karena kecintaan ini merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah agar cinta
ini dapat membawa kita pada ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat
yang perlu dilakukan ialah mengarahkan bahwa cinta ini perlu dikendalikan oleh
syariat bukan dibunuh/dihilangkan. Dengan panduan syariat kecintaan yang
bersifat syahwati akan menuntun pada kebahagiaan yang hakiki sedangkan tanpa
syariat kecintaan syahwati ini akan membawa kesesatan dan kesengsaraan.
Tanda-tanda Cinta
1. Banyak mengingat yang dicintainya, (QS. Al
Anfal (8) : 2)
2. Kagum
Kagum muncul karena adanya suatu kelebihan yang dilihatnya, apakah bersikap subjektif atau objektif. Kagum diawalai dengan mengenali sesuatu yang lebih dibandingkan dengan yang lain. (QS. Al Hasyr (59) : 24)
Kagum muncul karena adanya suatu kelebihan yang dilihatnya, apakah bersikap subjektif atau objektif. Kagum diawalai dengan mengenali sesuatu yang lebih dibandingkan dengan yang lain. (QS. Al Hasyr (59) : 24)
3. Ridha
Cinta menimbulkan keridhaan kepada yang dicintai apapun yang diperintahkan atau dilarang ia rela melakukannya. (QS. At Taubah (9) : 62)
Cinta menimbulkan keridhaan kepada yang dicintai apapun yang diperintahkan atau dilarang ia rela melakukannya. (QS. At Taubah (9) : 62)
4. Tadhhiyah (siap berkorban)
Cinta akan membuat kesiapan untuk berkorban demi kepentingan yang dicintainya. Ia akan membela habis-habisan sebagai wujud dari cintanya. (QS. Al Baqarah (2) : 207)
Cinta akan membuat kesiapan untuk berkorban demi kepentingan yang dicintainya. Ia akan membela habis-habisan sebagai wujud dari cintanya. (QS. Al Baqarah (2) : 207)
5. Takut
Ketakutan yang muncul dari cinta adalah dalam bentuk harap dan cemas berharap agar yang dicintainya ridho dan cemas bila yang dicintainya tidak ridho kepadanya. (QS. Al Anbiya (21) : 90)
Ketakutan yang muncul dari cinta adalah dalam bentuk harap dan cemas berharap agar yang dicintainya ridho dan cemas bila yang dicintainya tidak ridho kepadanya. (QS. Al Anbiya (21) : 90)
6. Berharap
Cinta menumbuhkan harapan kepada yang dicintainya. (QS. Al Ahzab (33) : 80)
Cinta menumbuhkan harapan kepada yang dicintainya. (QS. Al Ahzab (33) : 80)
7. Taat
Bukti dari cinta adalah mentaati kepada yang dicintainya. (QS. An Nisaa (4) : 80)
Bukti dari cinta adalah mentaati kepada yang dicintainya. (QS. An Nisaa (4) : 80)
Setelah memahami tanda-tanda cinta tersebut,
diharapkan kita dapat membuat porsi-porsi yang tepat dalam mengelola cinta.
Cinta yang menempati urutan pertama dan utama adalah cinta kepada Allah, dengan
mencintai Allah kita akan mendapat berkah dan rahmat dari Allah karena Dialah
penguasa sejati kita, pencipta kita. Setelah itu mencintai apa yang dicintai
Allah yaitu Rasulullah SAW sebagai utusannya dan penerus risalah terakhir
kepada manusia, terutama sesama muslim karena Allah telah mempersaudarakan umat
muslim dimanapun mereka berada.
Kisah-kisah Cinta
1. Seorang sahabat bernama Jabir secara fisik
kata orang ia tidak ganteng dan secara ekonomi ia miskin. Ketika Rasul SAW
menawarkannya untuk menikah, dia menyatakan kesediaan meskipun semula dia tidak
yakin akan adanya orang tua yang akan menikahkan putrinya kepadanya. Dan
ternyata Rasul SAW mempertemukan dirinya dengan seorang wanita yang tak hanya
sholehah, tapi juga cantik dan keturunan bangsawan. Tapi beberapa hari sesudah
pernikahan, bahkan kata orang suasananya masih suasana pengantin baru, ketika
datang panggilan jihad, maka tak segan-segan dia mendaftarkan diri kepada Rasul
SAW untuk menjadi pasukan perang, lalu ia betul-betul berangkat ke medan jihad
hingga syahid.
2. Kisah kaum Anshor menyambut muhajirin
Ketika
Rasulullah telah berhijrah, beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajiri dan
kaum Anshor, di rumah Anas bin Malik. Mereka saling memberikan hak waris
setelah kematiannya, sedangkan kaum kerabatnya tidak menerima hak waris
tersebut, hal ini berlaku sampai turun surat Al Anfal ayat 75.
Selain
itu Rasulullah SAW juga mempersaudarakan Abdur Rahman bin Auf dan Sa’ad bin
Ar-Rabi. Sa’ad bin Ar-Rabi berkata kepada Abdur Rahman : “Aku termasuk orang
Anshor yang mempunyai banyak harta. Harta itu akan kubagi dua, setengah untuk
anda dan setengah untuk aku, aku mempunyai dua orang isteri, lihatlah mana yang
anda pandang paling menarik. Sebutkan namanya, dia akan segera aku cerai. Setelah
habis masa iddahnya Anda kupersilahkan menikahinya. Abdur Rahman menjawab:
“Semoga Allah memberkahi keluarga dan kekayaan Anda. Tunjukkan saja kepadaku,
dimanakah pasar kota kalian?.
Kaum
Anshor berkata kepada Nabi SAW, “Bagikanlah pohon kurma di antara kami dan
ikhwan kami”. Beliau berkata, “Tidak”. Kaum Muhajirin berkata, “Kalian memenuhi
kebutuhan kami dan kami ikut bekerja bersama kalian dalam mengurus buah itu”,
kaum Anshor berkata, “Kami dengar dan taat”.
Hal
ini menunjukkan kepada kita bahwa kaum Anshor sangat ramah terhadap saudara
mereka, kaum Muhajirin. Sangat tampak sikap rela berkorban, mengutamakan orang
lain dan cinta kasih kaum Anshor. Sedangkan kaum Muhajirin sangat menghargai
keikhlasan budi kaum Anshor. Mereka tidak menggunakan hal itu segai kesempatan
untuk kepentingan yang bukan pada tempatnya. Mereka hanya mau menerima bantuan
dari kaum Anshor sesuai dengan jerih payah yang mereka curahkan di dalam suatu
pekerjaan.
Sungguh persaudaraan itu merupakan suatu kebijakan
yang unik dan tepat, serta dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi
oleh kaum muslimin.
Hadits tentang Cinta
1. “Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu
ada beberapa orang yang bukan golongan nabi dan syuhada, namun para nabi dan
syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya di sisi Allah.
Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah tolong beritahu kami siapa mereka?” Rasulullah
SAW menjawab : “mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah
tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak adak
hubunga harta benda yang terdapat pada mereka. Maka demi Allah wajah-wajah
mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain
takut dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita”. (HR. Abu
Daud)
2. “Sesungguhnya seorang muslim apabila bertemu
dengan saudaranya yang muslim, lalu ia memegang tangannnya (berjabatan tangan)
gugurlah dosa-dosa keduanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon kering jika
ditiup angin kencang. Sungguh diampuni dosa mereka berdua, meski sebanyak buih
dilaut”. (HR. Tabrani)
3. “Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat
berfirman: “Dimanakah orang yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari
ini Aku akan menaungi dihari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku”. (HR.
Muslim)
4. “Allah SWT berfirman: “Pasti akan mendapat
cinta-Ku orang-orang yang cinta- mencintai karena Aku, saling kunjung
mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku”. (Hadits Qudsi)
5. “Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di
desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat
menemaninya, ia berkata: “Kau mau kemana?” Ia menjawab: “Aku ingin mengunjungi
saudaraku di desa ini. “Lalu malaikat bertanya: “Apakah kamu akan memberikan
sesuatu kepada saudaramu?” Ia menjawab: “Tidak ada, melainkan hanya aku
mencintainya karena Allah SWT”. Malaikat berkata: “Sesungguhnya aku diutus
Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang
tersebut karena-Nya”. (HR. Muslim)
6. “Tiga perkara, barangsiapa memilikinya
memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan
Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang kepada
Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakkan ke dalam api
neraka”. (HR. Bukharim Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar