Selasa, 03 Juni 2014

MENGGAPAI CINTA SEJATI


Cinta…setiap orang pasti pernah mengucapkannya…atau merasakannya walaupun cuma ada di dalam hati. Tumbuhnya cinta itu kadang bukan karena inisiatif pelakunya, mekarnya cinta datangnya secara tiba-tiba. Cinta membuat jiwa membara, wajah berseri dan mata berbinar. Ketika mengalaminya, cinta tidak bisa dibendung karena ia adalah anugerah dan tidak bisa dihadang sebab ia adalah karunia. Begitulah cinta, ia ditakdirkan menjadi kata tanpa benda, memberikan makna paling santun yang menyimpan kekuatan besar.Tak terlihat, hanya terasa tapi dasyat.

Wanita ketika mendengar kata “cinta” akan merasa lebih sensitif dibandingkan dengan kaum adam. Karena sudah menjadi fitrah bahwa muslimah memiliki jiwa yang lebih lembut, halus dan peka daripada pria. Kelembutan jiwa, kehalusan hati dan kepekaan perasaan itu adalah keistimewaan muslimah. Tetapi tidak jarang hal tersebut malah mendorongnya menjadi salah sikap terhadap cinta.


Ketika hati mulai merasakan cinta, hendaknya kita bertanya pada diri sendiri, atas dasar apa mencintainya. hubungan semacam apa yang akan kita bina, apakah cinta yang kita simpan dan rasakan itu dibenarkan oleh syariat agama dan mau kemana tujuan akhir cinta kita. Setelah kita menyadari semuanya, langkah selanjutnya kita menentukan sikap bagaimana dalam menjalin hubungan dengannya, apakah dengan berpacaran dengan dalih menjajaki calon pasangan kita? Pacaran justru membuat hidup kita tidak produktif. Banyak waktu yang berlalu sia-sia hanya untuk memikirkan satu orang. Bagaimana mungkin masa muda yang singkat ini kita isi dengan pacaran yang jelas-jelas membuat hidup kita terkekang. Setiap hari memikirkan dia, makan memikirkan dia, berjalan, belajar bahkan saat sholat pun masih memikirkan si dia. Adalah hak kita untuk tertarik kepada seseorang karena itu fitrah. Namun jangan nyatakan cinta sebelum ijab qobul tiba karena yang kita inginkan adalah kepastian bukan janji kosong. Dan ketahuilah “Barangsiapa yang berduaan (laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim) maka  ketiganya adalah setan.”  Mendekati zina saja sudah dilarang. Allah Maha Tahu, jika sudah mendekati zina, maka setan akan sangat mudah masuk untuk mengganggu manusia untuk berzina. Pada akhirnya siapa yang paling dirugikan? perempuan. Bagaimana cara untuk menghindarinya? Termasuk di dalamnya adalah dilarang berduaan tadi karena yang ketiga adalah setan, menjaga mata atau pandangan, menutup aurat bagi wanita dan takut terhadap ancaman-ancaman Allah bagi yang berbuat zina, yang salah satunya disebutkan dalam hadist ini,“Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi,itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” Allah dengan syariatnya yang suci juga telah mengatur dalam menentukan pendamping hidup, yaitu hendaknya dititikberatkan pada pemahaman agamanya, lalu beristikharah dan berdoa : “Ya Allah,kalau memang ia baik untukku mudahkanlah,jika tidak baik untukku jauhkanlah.”

Cinta menyimpan kekuatan besar,  tak terlihat,  hanya terasa tapi dasyat

Hati-hatilah agar kita tidak terjebak dengan cinta yang membuat kita menjadi tidak mulia. Disergap dengan perangkap-perangkap setan. Dibuntuti oleh bisikan jahat iblis yang menginginkan kita terjerumus ke lembah nista. Cinta yang tidak disadari telah menghancurkan kehidupan, menghempaskan masa depan, mencabik-cabik harapan dan menurunkan status kemuliaan di mata Tuhan. Ada banyak hal yang harus kita lakukan, banyak ilmu yang harus kita kuasai, banyak keahlian yang belum kita gapai dan banyak peluang yang belum kita raih. Banyak orang yang perlu kita nasehati, banyak orang yang belum pandai mengaji harus diajari, banyak lautan kebaikan yang harus kita seberangi ,banyak tantangan yang harus kita daki.Kehidupan itu: memberi dan efeknya kembali.Kalau kita mencintai orang lain yang didasari oleh rasa cinta kepada Allah SWT maka Allah akan mencintai kita.

Cinta harus dialirkan selaras aliran cinta Sang Maha Pemilik Cinta. Cinta juga melahirkan pertanggungjawaban pada setiap mereka yang selalu bertanya mampukah mempertanggungjawabkan sikapnya di hadapan Allah kelak. Lihatlah bagaimana sahabat Rasulullah dalam menempatkan cintanya. Di masa Rosululloh  SAW, ada sepenggal kisah cinta yang dialami Abdullah bin Abu Bakar  ra. Ceritanya berawal ketika sang ayah, Abu Bakar ash Shiddiq seorang lelaki yang paling dicintai Rasulullah meminta Abdullah menceraikan dengan talak satu sang istri belahan jiwanya karena dianggap sebagai penyebab dirinya lalai sholat berjamaah di masjid. Relung-relung hatinya dipenuhi rasa rindu. Wajah lembuh Atikah binti Zaid terus membayang. Ia tak kuasa menepikan senyum manis pelabuhan cintanya. Karena tak kuat membendung rasa rindunya, akhirnya Abdullah bin Abu Bakar sengaja duduk di jalan yang selalu dilewati sang ayah saat pergi sholat ke masjid. Begitu melihat ayahnya, ia pun bersenandung pilu “Aku tak mengerti kenapa diriku tega menceraikannya. Aku juga tidak mengerti tentang dirinya yang rela dicerai tanpa dosa.” Dia mempunyai akhlaq yang baik dan lurus di dunia dan akhirat. Air mata rindu pun mengalir membasahi wajah gagahnya. Hati sang ayah pun luluh. Ia pun kemudian memperkenankan putra  tercintanya untuk rujuk kembali dengan tambatan hatinya.

Ketahuilah bahwa hidup kita ini amat tergantung kepada Allah. Udara segar yang kita nikmati setiap waktu semuanya adalah karunia Allah SWT. Mudah bagi Allah jika tarikan nafas kita tersendat dengan pilek atau mungkin membuat harus bernafas dengan bantuan oksigen. Sungguh amat banyak  yang harus kita syukuri dalam hidup ini. Cinta kepada Allah dan cinta kepada apa yang dicintai Allah. Hal ini yang dituntunkan oleh Islam dan dikekehendaki Allah. Cinta kepada Allah (mahabatullah) merupakan cinta yang pertama  dan utama. Ia adalah bingkai sekaligus pondasi cinta karena cintanya kepada Allah lah kemudian muslimah mencintai sesuatu karena itu perintah Allah, ia cinta karena Allah. Muslimah mencintai Rasulnya, keluarga Rasul dan sahabat Nabi, ia mencintai mereka karena Allah memerintahkannya. Muslimah mencintai suaminya,orang tuanya, anak anaknya semuanya untuk Allah dan  karena Allah, lillah dan fillah. Muslimah mencintai dakwah, mencintai jamaah dakwah untuk Islam semuanya untuk Allah dan karena Allah. Cinta yang demikian adalah cinta yang sejati yakni mencintai sesuatu yang dicintai Allah, diperintahkanNya atau diizinkanNya  tanpa melebihi cinta kepada Allah. Betapa dasyatnya kecintaan Allah kepada kita tatkala kita mempersembahkan diri kita untuk dakwah di sepanjang jalan Allah, berupaya keras agar seluruh hambaNya  bertakwa kepada Nya, menjadi perantara atas masuknya hidayah Allah kepada banyak orang yang ada di dunia ini. Manusia yang paling mulia dihadapanNya adalah  hambanya yang bertakwa. “Jika Allah menolong kamu,maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu,tetapi  jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan) maka siapakah yang dapat menolong kamu setelah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS Ali Imron 160)   (Ummu Ridho)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar