Jumat, 09 Mei 2014

Kiat2 agar Anak Mencintai Al-Quran



Para pembaca yang budiman, Al Quran adalah kitab suci mulia yang senantiasa terjaga keasliannya hingga hari kiamat nanti. Banyak keutamaan bagi para penghafal, pembaca dan yang mengajarkannya. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”(HR. Bukhori)
Al Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Maksud dari hadits ini menjelaskan bahwa sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rosul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.” (Fadhoil Quran halaman 126-127).
Melihat betapa mulianya orang-orang yang mempelajari Al Quran, maka setiap orang tua hendaknya menanamkan kecintaan kepada kitab suci umat Islam ini sejak dini kepada anak-anaknya.. Ini pun menjadi  kebiasaan para ulama terdahulu. Imam Malik bin Anas bertutur:
كَانَالسَّلَفُ يُعَلِّمُوْنَ أَوْلَادَهُمْ حُبَّ أَبِيْ بَكْرٍوَعُمَرَ كَمَا يُعَلِّمُوْنَ السُّوْرَةَ مِن الْقُرْآنِ
“Dahulu para ulama mengajarkan anak-anak mereka mencintai Abu Bakar dan Umar sebagaimana mengajarkan surat dalam Al-Qur-an.” (Syarah Ushul I’tiqod Ahlussunnah, Juz 7 hal. 1240)
Dalam hal ini tentu orang tua, khususnya adalah ibu, memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan sang anak termasuk pendidikan Al-Qur-an baik tentang makna maupun hafalannnya.
Begitu indahnya sebuah keluarga muslim yang memiliki seorang ibu yang  penuh dengan pengabdian tulus terhadap perkembangan sang anak terutama pendidikan Al-qur'an.
Lantas, bagaimana tips-tips yang mesti dilakukan seorang ibu untuk memupuk/menanamkan cinta dan antusias anak terhadap Al-Qur-an?
Fase Pertama: Saat Masih Janin
Pada fase ini, ketika ibu mengandung, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendidik calon buah hati. Janin mulai mendengar suara pada bulan ke-enam (usia kandungan) dan dapat membedakan suara pada bulan ke-tujuh. Ketika seorang ibu memperbanyak mendengar Al-Qur’an, ini akan menjadikan janin akrab dengan Al-Qur-an dan tertarik (untuk mendengarnya kembali) setelah ia lahir.
Begitu pula dengan suara seorang ibu dalam membaca Al-Qur-an dengan tartil dan suara meninggi, maka akan memberikan pengaruh pada ketenangan jiwa sang ibu sendiri lalu (berimbas pada) ketenangan jiwa janin.  Hal ini pula akan berpengaruh pada kebiasaan janin dalam mendengar Al-qur’an dan pada kecintaannya terhadap kalam Alloh.
Sebaliknya (sebagai perbandingan), banyak janin yang dibiasakan mendengar nyanyian/musik ketika berada dalam perut ibunya. Lantas, setelah lahir, sang anak amat menggemari nyanyian/musik.

Fase Kedua: Saat Usia Bayi
Ulangilah kebiasaan memperdengarkan Al-Qur-an untuk bayi Anda di seluruh penjuru rumah. Ini diharapkan agar menjadi kebiasaan baginya sehingga dia semakin menyukai. Anda juga bisa meletakkan radio/tape recorder (atau sejenisnya yang ada di zaman ini) di hadapannya dengan volume yang pas. Anda pun bisa meninggalkannya menuju kesibukan Anda saat dia bermain ketika itu.
Kebiasaan bayi dalam mendengar lantunan Al-Qur-an (maka lantunan tersebut) akan masuk (dengan lembut) ke dalam jiwanya yang tenang. Hal ini sebagaimana nasehat para ahli yang telah meneliti hal ini, agar para ibu mengulang-ulang bacaan Al-Qur-an di sekitar bayinya atau saat posisi badannya dekat dengan bayi sehingga menguatkan hubungan batin sang janin dengan ibu.
Fase ketiga: Usia 1 ½ hingga 3 tahun
Bersemangatlah pada rentang waktu dalam fase ini sehingga nantinya anak kerapkali melihat anda di atas sajadah sedang membaca Al-Qur’an. Ibu, bersemangatlah mengajaknya sholat bersamamu. Fase ini adalah fase pendekatannya bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Sang anak akan mudah mengikuti siapapun yang ada di sekelilingnya.
 
Maka, wahai ibu, gigihlah dalam menampakkan penghormatan dan kecintaan Anda yang mendalam terhadap Al-Qur-an di hadapannya. Begitu pula ketika Anda di dapur, jika menyempatkan diri mendengar Al-Qur’an, akan menjadikan ia mampu merasakan kecintaan Anda terhadap kalam Alloh.
Fase keempat: Usia 3 sampai 6 tahun
Fase ini begitu penting dalam pembentukan kepribadian anak dan tingkat minatnya. Inilah fase yang menentukan kadar kecintaannya terhadap Al-Qur’an, dengan izin Alloh. Maka dari itu, fokuslah pada fase ini. Bersemangatlah dalam (mengawasi) hafalan-hafalan surat pendek si kecil. Lalu berikanlah imbalan (sewajarnya) dan pujian untuknya di depan orang lain agar ia merasa senang dengan kemajuannya.
Dr. Yahya Al-Ghautsani, seorang ahli pendidikan Al-Qur’an, bertutur:“ketika anak menghafal Al-qur’an semenjak dini maka Al-Qur’an akan menyatu dengan darah dan dagingnya.”
Berusahalah agar ia ikut dalam halaqoh atau rumah/pondok tahfidz. Belilah apa saja (peralatan, perlengkapan, dan sejenisnya) yang cocok dengan umur si kecil guna menunjang hafalannya. Namun, jangan terlalu menekan atau berlebihan dalam hal ini. Ada perbedaan antara anak-anak pada kadar/kuantitas hafalannya.
Berilah penjelasan tentang makna ayat dan tuturkanlah kisah-kisah yang ada dalam beberapa surat. Ajarilah pula si kecil adab-adab yang berhubungan dengan Al-Qur’an, seperti tidak meletakkannya begitu saja di atas permukaan tanah/lantai, tidak meletakkan sesuatu di atasnya atau tidak menyandarkan diri di atas mushaf, dan lain-lainnya.
Fase Kelima: Usia 7 hingga 12 tahun
Tetaplah berusaha agar Anda mengikutsertakan anak dalam halaqoh atau rumah/pondok tahfidz. Hal terpenting bagi orang tua adalah mendo’akan mereka dan merasa senang/bangga karena mereka sedang menghafal Al-Qur-an. Di samping itu, jelaskanlah pula tentang keutamaan membaca, menghafal dan mempelajari Al-Qur-an beserta pahala dan kebaikan yang akan diperoleh. Lalu berilah reward yang sesuai seiring bertambahnya pengalaman mereka dalam menghafal.
Penutup
Para pembaca yang budiman, sedari kecil, marilah kita pupukkan semangat anak-anak kita untuk menghafal Al Quran sebagaimana kebiasaan orang-orang sholih terdahulu. Disamping itu, kitapun senantiasa mengajarkan  anak-anak untuk menghafal hadits nabi. Sahabat nabi, Samurah bin Jundub bertutur, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim: “Di zaman Nabi, aku adalah seorang anak kecil. Namun, aku turut pula menghafalkan hadits dari beliau, sementara orang-orang yang ada di sekelilingku semuanya lebih tua dariku” Ya Alloh jadikanlah anak-anak kami anak yang sholih yang bermanfaat bagi agama, bangsa dan negara..aamiin..
Diterjemahkan dari artikel berjudul ‘Kaifa Tazra-‘iina Hubba Al-Qur-an fi Thifliki’ dengan beberapa penambahan dan pengurangan.
Penulis: Fachri Abu Syazwina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar